Sabtu, 25 Juli 2015

Kenapa pindah?

Kenapa pindah? Kalau bisa bertahan.....Kenapa bertahan? Kalau pindah ternyata lebih indah. HAHA

Ini gak jelas banget openingnya. Jadi ceritanya ini masih soal kepindahan kerja gue, bagaimana akhirnya gue memutuskan berani pindah dan memulai lembaran baru *Tsah *KibasGamisSyar'i.

Gue sudah dua tahun lebih sebulan kerja di kantor lama gue. Sudah hapal semua seluk beluk gedung sampai jalan jalan kecil sekitaran kantor. Sudah "gape" kalo orang betawi bilang, perihal kantor lama gue ini. Lalu kenapa pindah?

Someone said : Pindah kerja itu ada dua sebab besarnya. Either gak betah or dapat tawaran lebih baik.

Tebak saja gue yang mana. Mungkin bisa jadi keduanya hehe. Tapi boleh gue bilang pengalaman gue dua tahun lebih sebulan di kantor lama sangatlah membekas. Gue bahagia sekali pernah kerja disana. Jadi gue bisa dengan bangga jawab kalo ditanya "dulunya kerja dimana?", dengan perut membusung. Bangga sekali gue, sungguh.

Lalu kenapa pindah chaaaaa? Kamu ini bikin kesel deh lama lama,

Beberapa faktor yang jadi pertimbangan kepindahan gue.

Uang. Boleh dibilang sedikit banyak ini jadi faktor penentu. Emang naik berapa sih gajinya Cha? Nyaris semua orang nanyain ini. Gue sesungguhnya agak gedeg, kenapa? Kurang etis aja gitu didengernya. Kalo gaji gue naiknya cuma goceng terus kenapa? Gue akan tetap bahagia. Karena uang yang gue maksud disini bukan cuma masalah kenaikan gaji, tetapi juga biaya hidup yang menurun drastis dibanding jika gue tetap di kantor lama. Gue gak perlu ngekos, ini asiknya, uang gue 450k utuh meeen.

Lagian kenapa sih orang itu pindah kerja cuma karena perkara uang melulu. Kenapa? One of my friend, pindah kerja ke tempat kerja yang uangnya banyak sekali. Lalu sampai sana dia bahagia? Hidup tenang karena gak perlu mikir lagi kalo jajan? Engga tuh. Masih aja berkeluh kesah. Kurang ini, itu, anu, karena ya kita ini manusia. Kalo gak ngeluh lalu apa?

Lokasi. Kantor baru gue bisa ditempuh bolak balik ke Bekasi, ke Bekasi, pakai kereta. Bayangkan. Betapa bahagianya Ibu dan Ayah gue mendengar kabar ini. Dan betapa bahagianya juga gue, karena sarapan dan makan malam bisa gue lakukan di rumah. 

Dan menurut gue faktor ini lebih aduhai ketimbang sekedar kenaikan gaji yang signifikan. Biarpun kita gak boleh munafik, uang juga pertimbangan besar.

Lingkungan kerja. Memangnya kenapa Cha sama lingkungan kerja yang lama? Engga kok, gak papa. Gue pindah ke tempat baru ini karena lingkungan kerjanya mirip mirip sama kantor lama gue. Lalu kenapa harus pindah? Karena kantor baru ini memberikan kenaikan gaji yang tidak banyak namun ada, lokasi yang bisa ditempuh bolak balik ke rumah no worries dan lingkungan kerja yang santai sekali. Jika sudah begini gue bisa apa selain bersyukur?

Beberapa teman gue me-Whatsap//BBM//Line gue untuk sekedar bertanya, "gimana Cha kantor barunya? Enak gak? Enakan sana apa sini?"

Gue jawab singkat "Enak kok, kerjanya santai banget, bosnya baik baik, gak beda jauh lah sama tempat lama. Cuma bedanya gue belum menemukan teman-teman seperti kalian disini :')."

*CIEGITU

Teman teman favorit aku
Sesungguhnya ketakutan terbesar untuk pindah adalah, "nanti gimana kalo misalnya gue menyesal pindah?"

Jawabannya kembali lagi ke diri kita masing-masing. Lo pindah buat apa? Setiap tempat punya culture dan rulenya sendiri sendiri. Kalo uangnya besar mungkin lingkungannya kurang enak, kerjanya harus lebih berat dan capek. Kalo lingkungannya enak, teman-temannya asik, mungkin kenaikan gaji dan benefit lainnya gak signifikan. Gak papa kok, coba aja cari di belahan dunia mana ada perusahaan yang semua muanya enak. Semua jadi enak kalo kita bersyukur. Kalo lo sulit bersyukur maka lo gak akan menemukan tempat bekerja yang cocok. Lo akan terus mencari sampai capek sendiri.

Pasti akan ada yang lo sesali satu atau dua. Gue contohnya, kehilangan teman-teman yang baik dan sangat asyik siapa yang gak akan menyesal? tapi toh kalo disyukuri lo masih akan bisa banyak hal positif lainnya menanti lo. Alhamdulillah gue masih dikasih kesempatan pindah ke tempat yang lebih baik, InsyaAllah.

Terimakasih buat kantor lama gue yang sangat baik kepada gue. Semua Bapak Ibu bos gue yang baiknya gak ada ujungnya. Teman-teman aku yang gue rindukan setiap harinya, bodoh sekali sih kalian aku kangen nih. Tempat duduk gue yang supah comfy. Tempat makan indomie kesayangan. Kosan aku. Teman tidur saat di kosan. Jalan yang gue lalui setiap paginya. Kalian hebat menorehkan memori indah di otak gue. Bahagia sekali pernah mengenal kalian.

Terimakasih ya semua.
Salam rindu dan kangen

Cica yang sekarang anak MT Haryono :'')






Selasa, 14 Juli 2015

How to survive on a commuter line

Pekerjaan baru memaksa gue bertransformasi menjadi anker (anak kereta). Entah gue mesti senang ((senang untuk apa)) atau harus sedih menghadapinya. Sejujurnya ini berat, karena naik kereta harus berdesak desakkan dan gue orangnya gak tegaan. Masa iya setiap gue mendorong ((tanpa sengaja)) ((karena buah hasil dorongan orang lain pula)), gue harus minta maaf. Gak sekalian pinjem speaker mas masinis buat minta maaf, #lehuga.

Pada akhirnya gue mendesak adik gue untuk mengantar hari pertama naik commuter lain sambil potong tumpeng kalau perlu. Kereta bekasi itu per 5-10 menit pasti datang silih berganti, hebatnya lagi biarpun sering muncul tetep aja penuh sampe mublah mublah. Hell yeah Bekasi <3. Sesampainya di stasiun gue sama adik gue jawara commline bekasi bagian Klender Baru berdiri di barisan paling depan. Kereta wanita, they said. Lebih aman memang tapi effortnya lebih besar, kumpulan wanita lebih sparta dari lelaki sejujurnya. Boleh dicoba deh!

Adik gue ini santai banget, pasang masker earphone lalu menatap lurus ke depan. Sementara gue pasang earphone gemetar, tengak tengok kapan keretanya datang, terus udah siap siap di posisi tegak sempurna melambai lambai pada kereta tanpa maksud. Adik gue lalu menengok dan bilang

"Lo apalin mbak hari ini lo berdiri dimana, misalnya di seberang tong sampah. Kalo gak dapet posisi paling depan, baris di belakang orang yg berdirinya tepat di titik yang sudah lo tandain. Jangan di samping, masuknya susah."

Dia menatap ke depan lagi, lalu tiba tiba menengok lagi.

"Tenang ajaaa lo pasti akan jd lebih jago dr gue :). Lo akan naik kereta setiap hari toh."

Lalu kereta datang. Gue terdiam, menghapal baik baik pesan ibu fira, adik yg sangat inspiratif. Salam super. Sesaat sebelum pintu dibuka, ibu ibu sudah mulai mendorong. Gue pasrahkan biarkan gue terdorong biarkan gue terbawa arus. Halah. Alhamdulillahnya gue berhasil naik di kereta tersebut. Biarpun, di dalam itu saking penuhnya lo bahkan gak perlu pegangan.

Ini yg dibilang orang orang GO WITH THE FLOW~.

Di dalam kereta gue sarankan untuk pura pura bobo ajaa. Agar semua penderitaan lo akan terasa cepat berlalu dan pada akhirnya lo sampai di tempat tujuan dengan sukacita. Tidak perlu banyak komentar, penuh, aduh jangan dorong dorong dsb, karena gaka akan berefek sama sekali. Mereka semua juga go with the flow. Ahak.

Turunpun, nah ini, bahkan saat turun aja ibu ibu sparta pasti rebutan. Dorong dorongan seperti sedang nonton superman is dead di sebuah pensi sma. Jadi lagi lagi sarannya go with the flow. Kalau didorong ikut aja, pelan pelan, cari pegangan, supaya kalopun jatoh gak nyusruk nyusruk amat.

Kereta tanah abang sudirman

Berikut adalah pemandangan kereta Sudirman Tanah Abang yg kebetulan bukan rute gue, alhamdulillah. Gak pernah kosong dan selalu penuh. Warbyasak.

Jadi inti dari tulisan panjang ini adalah, jika kamu berniat menjadi anker yg baik budi dan hatinya, siapkan mental terlebih dahulu. Kalau gak siap, bisa jadi setiap kereta berhenti lo hanya akan menatap nanar kereta tersebut berlalu. Yang kedua pasrahkan, go with the flow bahasa bagusnya. Ikuti arus saja, bukan berarti gak punya pendirian bukan, melainkan anaknya harus mengikuti tren commuter line saja. Sisanya perbanyaklah berdoa, karena kalo lo dikelilingi wanita sparta hanya Tuhan lah yg mampu menolong lo.

Sekian cara cara ampuh gue bertahan dan mampu berjuang bersama ibu ibu sparta di dalam kereta. Jadilah anak kereta yg sesuai passion anda. Ciao!