Sabtu, 21 Mei 2016

a note to myself

"Jilbabin dulu aja hatinya, baru kepalanya."

Ini adalah alasan klise orang orang yang ditanya kenapa belum berjilbab padahal kalau dia berjilbab dia jadi cantik banget dan bikin gue yang udah berjilbab 7 tahun lamanya merasa gagal.

Lalu kenapa Cha? itu kan urusan mereka?

Lho ya memang urusan mereka kok, gue cuma kurang setuju dengan alasan itu. Hm...dan bukan berarti alasan itu salah, namanya juga alasan ya munculnya karna buah pikir manusia gak ada dalilnya, gak ada bukti pendukungnya.

"Ah dia udah pake kerudung aja masih ngegosipin orang, masih nyinyir mulutnya."

Well, me too. Mulut gue masih kotor sampai sampai suami gue pesen cuma "jangan gosip lagi", dan bukan berarti gue lebih suci dsb dsb, tapi paling engga gue berusaha dengan sekuat tenaga menjalankan perintah Allah, Tuhan gue, untuk menutup aurat supaya hanya yang pantas lah yang melihatnya. Gue juga gak rela sih membagi pemandangan lemak lemak gue yang indah dan bergelombang kepada lelaki lain selain Ayah dan Suami gue.

"Terus kalo mereka masih berbuat dosa yang salah siapa?"

Yang pasti bukan jilbabnya. Jilbabnya gak bisa dijadikan tolak ukur keimanan seseorang. Temen gue ada yang jilbaban tapi gak solat, terus gimana? Ya bukan kita yang pantas melakukan judgement, hanya Allah yang bisa. Pernah dengar cerita pelacur yang memberi minum anjing lalu dia mati dan masuk surga, padahal sepanjang hidupnya melakukan dosa? Ini contoh bahwa Allah bebas melakukan penilaian terhadap segala amal baik dan buruk yang telah kita lakukan.

"Yaudah kalo gitu kita bikin dosa aja dulu pas muda, nanti pas tua baru deh tobat."

Sayangnya gak semua orang dikasih kesempatan hidup sampai "tua", alhamdulillah kalau dikasih dan berkah umurnya, kalau engga? Kalau malam hari kita tidur lalu paginya gak bangun lagi, padahal tadi malem habis mabuk-mabukan? Kalau kita dengan sengaja meninggalkan sholat atau amalan baik lainnya demi dunia lalu di dalam perjalanan maut sudah menghadang? Kita bisa apa?

Gue kok jadi religius? Ini postingan udah lamaaa banget gue bangun kerangkanya di otak, yet gue belum menuliskannya. Biarpun hasilnya receh dan gak penting tapi paling engga jadi ketulis lah ya. Jadi berbuat baiklah dari sekarang, kamu juga Cha jangan cuma bisa nulis aja. Kalo belum bisa berbuat baik untuk orang lain, yaa buat diri sendiri dulu, ingatkan diri kita terus bahwa ada Tuhan yang liat dan menilai semua gerak gerik kita. Bahkan daun aja jatuh gak luput dr kuasa Tuhan. Lalu kalau belum bisa berbuat baik untuk diri sendiri, ya mbok gak usah melakukan judgement terhadap orang lain. Karena cuma Allah yang boleh melakukan itu. 

Akupun harus menjaga mulutku dari skg. Btw selamat menyambut datangnya bulan Ramadhan <3

Jumat, 15 April 2016

Tujuh bulan menikah dan belum hamil juga

Writing this post while standing in a commuter line to Bekasi. Anak Sparta Bekasi jangan diadu.

Gue sudah menikah tujuhbulan, cukup lama untuk mendengar sejumlah pertanyaan yg intinya sih sama aja. "Udah hamil belum?" "kok belom?" Dan bla bla. Dari jawaban belom dikasih rejekinya sampe doain aja udah gue lontarkan demi menjawab pertanya pertanyaan mereka.

Menunda? Enggak, sama sekali enggak. Gue suka bgt sama anak kecil, cucu pertama yg punya adik kandung dan adik sepupu bisa bikin kesebelasan sepakbola, bagaimana bisa gue gak suka anak kecil? Jawabannya ya memang karna belum dikasih kepercayaan sama Allah, Tuhan yg maha esa.

Percayalah, untuk sampai keikhlasan hati dan menerima bahwa ini semua adalah suratan Tuhan butuh waktu berbulan bulan loh. Satu dua bulan pertama gue lalui dengan frustasi setiap gue dapati gue lagi lagi datang bulan. Ditambah teman teman sejawat yg nikahnya deketan berlomba lomba memberikan kabar bahagia kalau mereka sudah hamil. Well im happy for them. Iri? Pasti! Pingin juga kaya mereka. Tapi bukan berarti jd gak ikut merasakan kebahagiaan mereka, karena paling engga gue akan segera punya keponakan dr sahabat sahabat gue.

Lalu gimana akhirnya bisa ikhlas?

Entahlah. Kekuatan itu datangnya dari Allah sudah pasti, dan dari suami gue. Dialah yg selalu tanpa pernah kecewa (biarpun gue tau dia sangat inginnya punya keturunan, just like i do) mendukung gue, menyemangati, memberi senyuman terbaiknya, sambil mengusap kepala atau punggung gue dan bilang "Coba lagi ya bi :)". Gue selalu meneteskan air mata setiap kata kata itu keluar dr mulut dia. He just so kind and patient having a bad wife like me. Lalu aku bisa minta apa sama Tuhan selain, jodohkan ia padaku selalu Tuhan, dan karuniakan kepada kami keturunan keturunan yg baik akhlaknya dan taat kepadaMu.

Dari situ gue paham, bahwa rezeki apapun bentuknya, akan datang bila waktunya sudah tepat menurut Allah.

Dan skg gue pasrahkan semua kepada Allah, tentang bagaimana Dia mengatur rezeki itu sampai ke tangan gue dan suami gue, gue gak perlu tahu. Gue hanya perlu berusaha, berdoa, melakukan sebaik yg gue bisa. Gue sangat yakin Allah gak tidur dan gak akan pernah tidur.

#PostReligius #JumatBarokah

Wassalam