Selasa, 09 Juli 2013

Selasa si kelabu

Selasa selalu saya kategorikan sebagai the most kejepit day of a week. Kenapa? Karena dia gak di tengah, hari kedua setelah Senin, tapi kok kehadirannya ngeganggu gitu.

Ditambah beberapa hari belakangan Selasa jadi muram dan semakin tidak menyenangkan.

Selasa dua minggu lalu adalah hari terakhir Ibu saya kerja di kantor yang sudah menghabiskan waktunya selama 19 tahun. Gak sebentar lho itu. Dengan posisi yang itu itu aja dan bikin saya gemes kenapa Beliau tetap disana dan memperjuangkan passion, ternyata malah harus di depak karena kantor tsb gak sanggup nambah biaya ngegaji Ibu Ibu yang udah mau 50 tahun dengan posisi yang seharusnya diisi mbak mbak fresh graduate. Saya mendengar Ibu saya menangis, meski hanya lewat telepon.

Selasa minggu lalu, pacar saya si kehilangan semangat terbesar hidupnya, Mamanya of course. Saya menangis, Ibu saya menangis dan dengan sedihnya bergumam
"Kenapa mesti bertemu dengan cara yang seperti ini?"

Selasa minggu ini, tepat hari ini, baru aja duduk di kursi dan nyalain komputer, saya dapat line yang mengabarkan Kakek saya yg di Jogja meninggal.

Kenapa sih Selasa jadi kelabu?

Minggu, 07 Juli 2013

Maaf saya belum posting tentang kosan baru saya.

Seperti judulnya, postingan kali ini ya isinya cuma saya minta maaf. Karena mau puasa? Iya. Juga karena belum posting kosan 700 ribu saya yang baru.

Ntar malem deh janji, tapi teraweh dulu yaaaa.

Btw puasa jadinya kapan sih? Anak kosan galau bingit mau beli beras buat dimasak.

Sekian.







Karena puasanya baru besoook, maka postingan tentang kosan juga boleh diundur. Nunggu hilal muncul dulu keleees.

*FINGER CROSSED*

Kamis, 04 Juli 2013

Saya ternyata bisa menulis jugaaa

Saya selalu senang saat googling nama saya sendiri karena halaman satunya penuh dengan akun akun saya dari berbagai jejaring sosial. Sungguh durjana.



Antara segitu eksisnya, atau yang punya nama Erlyn Annisa gak ada yang segatel saya ikut-ikutan bikin semua akun jejaring sosial sekedar coba coba.

Tapi ada satu yang asik dan menahan mata saya untuk berpindaaaaah. Judulnya "a letter to my mom". kaya postingan buat ikut kuis gitu dan abis baca kok ya tau tau sedih dan pengen balik ke Bekasi naik penerbangaan paling pagi *yakali Caaa*. Kira kira beginilah tulisan saya saat sedang kesambet jin Bekasi. 
Ibuku, mungkin ini hari yang aneh, bukan hanya karena kuis ini, entah mengapa aku ingin sekali menulis tentang mu. Ibu, maaf yaa jika aku jarang mengungkapkan rasa banggaku, rasa bahagiaku, rasa syukur yang kurasa saat setiap pagi masih bisa mendengar teriakanmu membangunkanku solat subuh. Maaf jika dirimu jarang kupublish di blogku bahkan untuk sekedar menceritakan kelakuanmu yang kadang di luar batas kenormalan. 

Ibu, aku belum tahu bagaimana rasanya melahirkan seorang anak, tapi semua orang bercerita itu sakit sampai diibaratkan dengan bertarung melawan maut. Yang aku tahu, bagaimana ceritamu yang senang sekali saat bisa memangkuku yang penuh darah sambil terus menangis untuk pertama kalinya. Aku juga belum tahu rasanya mengurus anak dan harus bangun di tengah malam hanya untuk mengganti popoknya. Yang aku tahu senyum bahagiamu yang lebar sembari berucap “mengurrus anak itu enaknya gak ada duanya, dan sebentar sekali rasanya.”

Ibu, aku belum tahu rasanya dibentak oleh anakku, yang aku tahu buliran air matamu saat aku melakukannya padamu. Sampai aku harus bersimpuh memohon maaf karena rasanya dosa ini takkan bisa terhapus. Aku juga belum tahu rasanya menunggu anak dalam sebuah tes, pasti menjemukan. Tapi satu yang aku tahu, engkau rela melakukan itu berjam-jam dan tetap tersenyum sambil terus berceloteh saat aku keluar kelas.


Aku pernah dengar sendiri dari mulutmu Ibu, betapa engkau sangat hebat waktu muda. Ikut ini dan itu, organisasi apapun, dan punya banyak teman. Aku takkan rela menukarmu dengan Ibu manapun, biarpun engkau bukan seorang kaya raya yang bisa berenang uang setiap harinya. Aku tahu ada banyak orang di luar sana yang mencemooh hanya karena tingkat sosialmu, tapi aku tidak akan menggeser badanku sedikit pun untuk melindungimu dari mereka. Aku tahu kau orang yang periang di sekitar temanmu, tapi letakkanlah air matamu di rumah ini, di depan aku, kami anak anakmu.


Ibu, terimakasih karena engkau bersedia melahirkanku ke dunia ini. Terimakasih karena rela bangun shift-shiftan bersama Ayah hanya karena aku, kami terbangun lapar atau buang air di popok kami. Terimakasih karena mau dengan ikhlasnya menyisihkan uangmu untuk menyekolahkan kami, walaupun hasilnya otak kami tetap di kalangan standar standar saja. Terimakasih karena tanpa sungkan menyediakan ketekmu untuk kami sembunyi di kala takut. Terimakasih karena telah mengenalkan dunia yang baik. Dan banyak terimakasih lainnya yang butuh seratus perkamen untuk menulisnya. Im gonna drop my tears. I love you mom, i wont let you down. 

Right after i wrote this, rasanya kaya optimistik terhadap kemenangan hadiah kuis meningkat drastis. Tapi ternyata maknanya akan lebih kerasa setelah dibaca berbulan bulan setelahnya.

Saya sampe kaya "masa sih bisa nulis segini romantisnya, kalo Ibu baca pasti dia cubit cubit manja saya."

*kemudian audiens muntah berjamaah*

Semenjak hari ini, semenjak ke ribuan kalinya googling nama sendiri, saya akhirnya sadar. Saya harusnya masuk jurusan sastra dan menjadi seorang penyair. Bukannya ngerjain excel sampe apa apa maunya dilookup.

Sekian.

#cicasayangMama :) <3


Senin, 01 Juli 2013

Loosing of a person who he really loves the most.

I dont have nothing to do, but this. Yeah, writting about a person who i just knew last few days.

Woken up at the early morning, by a shocking news. His Mama died. Gue cuma diem, dan bingung, mesti apa. Ini sama kaya yg gue hadapi pas Uti meninggal, i kinda lost my half alive but i dont know what to do. 

Kemaren sebelum berangkat ke kantor kami masih bertemu. Gue mencium tangannya seperti senin pagi yang sudah sudah. Gue tidak melihat ada yang aneh pada dirinya, sampai Beliau bilang "kalo kamu udah sama Randy, tapi Ibu gak boleh ikut sih keterlaluan. Hehehe...". 

Gue cuma ketawa jawabnya, karena menurut gue itu gak mungkin kejadian. 

Ternyata itu pertanda ya Bu :').

Gue belum pernah ketemu Ibu sehebat ini selain Ibu gue sendiri. Usianya 74 tahun. Badannya masih segar dan bicaranya masih lancar. Sekali liat pasti gak kaya sudah berusia segitu lanjut.

Beliau adalah orang yang paling Randy sayang dan gue sama sekali gak pernah cemburu. Beliau juga sayaaaang banget sama Randy dan gak pernah sekalipun cemburu anaknya dimonopoli gue. 

Gue baru beberapa lama kenal sama Beliau. Randy tadinya belum mau membawa gue ke rumahnya, sampai karena Kakaknya menikah dan gue ikut, maka sampailah gue di rumahnya dan ngobrol sama keluarganya termasuk Ibunya.

Setelah itu gue ternyata diizinkan bertemu lagi, malah ngobrol banyak.

Terimakasih ya Allah telah pertemukan aku dengan Ibu yang hebat sepertinya. Permudah jalannya menuju surga. Tempatkannya di tempat terbaik. Ampuni dosanya ya Allah. 

Terimakasih Ibu, sudah membiarkan anakmu bersama dengan manusia sepertiku. Terimakasih, karena telah mengajarkan banyak arti hidup. Terimakasih karena telah begitu baik, padahal kita baru bertemu. Ibu pasti baik baik di sana, aku tau Ibu kuat.

Terimakasih karena diberikan kesempatan kenal dengan mu. Anakmu takkan berhenti bercerita bangga mengenai dirimu, dan aku takkan lelah mendengarnya jutaan kali. Ati ati ya Bu. Allah pasti sayang banget sama Ibu.