Kamis, 04 Juli 2013

Saya ternyata bisa menulis jugaaa

Saya selalu senang saat googling nama saya sendiri karena halaman satunya penuh dengan akun akun saya dari berbagai jejaring sosial. Sungguh durjana.



Antara segitu eksisnya, atau yang punya nama Erlyn Annisa gak ada yang segatel saya ikut-ikutan bikin semua akun jejaring sosial sekedar coba coba.

Tapi ada satu yang asik dan menahan mata saya untuk berpindaaaaah. Judulnya "a letter to my mom". kaya postingan buat ikut kuis gitu dan abis baca kok ya tau tau sedih dan pengen balik ke Bekasi naik penerbangaan paling pagi *yakali Caaa*. Kira kira beginilah tulisan saya saat sedang kesambet jin Bekasi. 
Ibuku, mungkin ini hari yang aneh, bukan hanya karena kuis ini, entah mengapa aku ingin sekali menulis tentang mu. Ibu, maaf yaa jika aku jarang mengungkapkan rasa banggaku, rasa bahagiaku, rasa syukur yang kurasa saat setiap pagi masih bisa mendengar teriakanmu membangunkanku solat subuh. Maaf jika dirimu jarang kupublish di blogku bahkan untuk sekedar menceritakan kelakuanmu yang kadang di luar batas kenormalan. 

Ibu, aku belum tahu bagaimana rasanya melahirkan seorang anak, tapi semua orang bercerita itu sakit sampai diibaratkan dengan bertarung melawan maut. Yang aku tahu, bagaimana ceritamu yang senang sekali saat bisa memangkuku yang penuh darah sambil terus menangis untuk pertama kalinya. Aku juga belum tahu rasanya mengurus anak dan harus bangun di tengah malam hanya untuk mengganti popoknya. Yang aku tahu senyum bahagiamu yang lebar sembari berucap “mengurrus anak itu enaknya gak ada duanya, dan sebentar sekali rasanya.”

Ibu, aku belum tahu rasanya dibentak oleh anakku, yang aku tahu buliran air matamu saat aku melakukannya padamu. Sampai aku harus bersimpuh memohon maaf karena rasanya dosa ini takkan bisa terhapus. Aku juga belum tahu rasanya menunggu anak dalam sebuah tes, pasti menjemukan. Tapi satu yang aku tahu, engkau rela melakukan itu berjam-jam dan tetap tersenyum sambil terus berceloteh saat aku keluar kelas.


Aku pernah dengar sendiri dari mulutmu Ibu, betapa engkau sangat hebat waktu muda. Ikut ini dan itu, organisasi apapun, dan punya banyak teman. Aku takkan rela menukarmu dengan Ibu manapun, biarpun engkau bukan seorang kaya raya yang bisa berenang uang setiap harinya. Aku tahu ada banyak orang di luar sana yang mencemooh hanya karena tingkat sosialmu, tapi aku tidak akan menggeser badanku sedikit pun untuk melindungimu dari mereka. Aku tahu kau orang yang periang di sekitar temanmu, tapi letakkanlah air matamu di rumah ini, di depan aku, kami anak anakmu.


Ibu, terimakasih karena engkau bersedia melahirkanku ke dunia ini. Terimakasih karena rela bangun shift-shiftan bersama Ayah hanya karena aku, kami terbangun lapar atau buang air di popok kami. Terimakasih karena mau dengan ikhlasnya menyisihkan uangmu untuk menyekolahkan kami, walaupun hasilnya otak kami tetap di kalangan standar standar saja. Terimakasih karena tanpa sungkan menyediakan ketekmu untuk kami sembunyi di kala takut. Terimakasih karena telah mengenalkan dunia yang baik. Dan banyak terimakasih lainnya yang butuh seratus perkamen untuk menulisnya. Im gonna drop my tears. I love you mom, i wont let you down. 

Right after i wrote this, rasanya kaya optimistik terhadap kemenangan hadiah kuis meningkat drastis. Tapi ternyata maknanya akan lebih kerasa setelah dibaca berbulan bulan setelahnya.

Saya sampe kaya "masa sih bisa nulis segini romantisnya, kalo Ibu baca pasti dia cubit cubit manja saya."

*kemudian audiens muntah berjamaah*

Semenjak hari ini, semenjak ke ribuan kalinya googling nama sendiri, saya akhirnya sadar. Saya harusnya masuk jurusan sastra dan menjadi seorang penyair. Bukannya ngerjain excel sampe apa apa maunya dilookup.

Sekian.

#cicasayangMama :) <3


0 komentar:

Posting Komentar

Leave your msgs here!